Oleh : Echo Heri Poerwanto
Florence Litteur, penulis buku terlaris “Personality Plus” menguraikan,
ada empat pola watak dasar manusia. Kalau saja semua sudah kita pahami,
kita akan sangat terbantu sekali dalam berhubungan dengan orang
lain.Kita akan jadi mengerti mengapa suami kita tiba-tiba marah sekali
ketika meja kerjanya yang berantakan kita atur rapi. Kita juga akan
mudah memahami mengapa pegawai kita gampang sekali berjanji… dan
hebatnya dengan mudah pula ia melupakannya, “Oh ya, saya lupa”katanya
sambil tertawa santai. Kita juga akan mudah mengerti mengapa istri kita
nggak mau dengar sedikitpun pendapat kita, tak mau kalah,cenderung
mempertahankan diri, selalu merasa benar dengan pendapatnya dan makin
sengit bertengkar kalau kita mau coba-coba untuk mengalahkannya.
Yang pertama, kata Florence adalah golongan Sanguinis,
“Yang Populer”. Mereka ini cenderung ingin populer, ingin disenangi
oleh orang lain. Hidupnya penuh dengan bunga warna-warni. Mereka
senangsekali bicara tanpa bisa dihentikan. Gejolak emosinya bergelombang
dan transparan. Pada suatu saat ia berteriak kegirangan, dan beberapa
saat kemudian ia bisa jadi menangis tersedu-sedu.
Namun
orang-orang sanguinis ini sedikit agak pelupa, sulit berkonsentrasi,
cenderung berpikir `pendek’, dan hidupnya serba tak beratur. Jika suatu
kali anda lihat meja kerja pegawai anda cenderung berantakan, agaknya
bisa jadi ia sanguinis. Kemungkinan besar ia pun kurang mampu
berdisiplin dengan waktu, sering lupa pada janji apalagi bikin
planning/rencana. Namun kalau disuruh melakukan sesuatu, ia akan dengan
cepat mengiyakannya dan terlihat sepertinya betul-betul hal itu akan ia
lakukan. Dengan semangat sekali ia ingin buktikan bahwa ia bisa dan akan
segera melakukannya. Tapi percayalah, beberapa hari kemudian ia tak
lakukan apapun juga.
Lain lagi dengan tipe kedua, golongan melankoli,
“Yang Sempurna”. Agak berseberangan dengan sang sanguinis. Cenderung
serba teratur, rapi, terjadwal, tersusun sesuai pola. Umumnya mereka ini
suka dengan fakta-fakta, data-data, angka-angka dan sering sekali
memikirkan segalanya secara mendalam. Dalam sebuah pertemuan, orang
sanguinis selalu saja mendominasi pembicaraan, namun orang melankoli
cenderung menganalisa, memikirkan, mempertimbangkan, lalu kalau bicara
pastilah apa yang ia katakan betul-betul hasil yang ia pikirkan secara
mendalam sekali.
Orang melankoli selalu ingin serba sempurna.
Segala sesuatu ingin teratur. Karena itu jangan heran jika balita anda
yang `melankoli’ tak `kan bisa tidur hanya gara-gara selimut yang
membentangi tubuhnya belum tertata rapi. Dan jangan pula coba-coba
mengubah isi lemari yang telah disusun istri `melankoli’ anda, sebab
betul-betul ia tata-apik sekali, sehingga warnanya, jenisnya,
klasifikasi pemakaiannya sudah ia perhitungkan dengan rapi. Kalau perlu
ia tuliskan satu per satu tata letak setiap jenis pakaian tersebut. Ia
akan dongkol sekali kalau susunan itu tiba-tiba jadi lain.
Ketiga, manusia Koleris,
“Yang Kuat”. Mereka ini suka sekali mengatur orang, suka tunjuk-tunjuk
atau perintah-perintah orang. Ia tak ingin ada penonton dalam
aktivitasnya. Bahkan tamu pun bisa sajaia `suruh’ melalukan sesuatu
untuknya. Akibat sifatnya yang `bossy’ itu membuat banyak orang koleris
tak punya banyak teman. Orang-orangberusaha menghindar, menjauh agar tak
jadi `korban’ karakternya yang suka `ngatur’ dan tak mau kalah itu.
Orang
koleris senang dengan tantangan, suka petualangan. Mereka punya rasa,
“hanya saya yang bisa menyelesaikan segalanya; tanpa saya berantakan
semua”. Karena itu mereka sangat “goal oriented”,tegas, kuat, cepat dan
tangkas mengerjakan sesuatu. Baginya tak ada istilah tidak mungkin.
Seorang wanita koleris, mau dan berani naik tebing, memanjat pohon,
bertarung ataupun memimpin peperangan. Kalau ia sudah kobarkan semangat
“ya pasti jadi…” maka hampir dapat dipastikan apa yang akan ia lakukan
akan tercapai seperti yang ia katakan. Sebab ia tak mudah menyerah, tak
mudah pula mengalah.
Hal ini berbeda sekali dengan jenis keempat, sang Phlegmatis
“Cinta Damai”. Kelompok ini tak suka terjadi konflik, karena itu
disuruh apa saja ia mau lakukan, sekalipun ia sendiri nggak suka.
Baginya kedamaian adalah segala-galanya. Jika timbul masalah atau
pertengkaran, ia akan berusaha mencari solusi yang damai tanpa timbul
pertengkaran. Ia mau merugi sedikit atau rela sakit, asalkan masalahnya
nggak terus berkepanjangan.
Kaum phlegmatis kurang bersemangat,
kurang teratur dan serba dingin. Cenderung diam, kalem, dan kalau
memecahkan masalah umumnya sangat menyenangkan. Dengan sabar ia mau jadi
pendengar yang baik, tapi kalau disuruh untuk mengambil keputusan ia
akan terus menunda-nunda. Kalau anda lihat tiba-tiba ada sekelompok
orang berkerumun mengelilingi satu orang yang asyik bicara terus, maka
pastilah parapendengar yang berkerumun itu orang-orang phlegmatis.
Sedang yang bicara tentu saja sang Sanguinis.
Kadang sedikit
serba salah berurusan dengan para phlegmatis ini. Ibarat keledai, “kalau
didorong ngambek, tapi kalau dibiarin nggak jalan”. Jadi kalau anda
punya staf atau pegawai phlegmatis, andaharus rajin memotivasinya sampai
ia termotivasi sendiri oleh dirinya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Mohon Komentarnya Sob/Bro/Sist/Friends